Stichting Ruggensteuntje Indonesië

Surat berita

Melalui buletin kami, kami ingin terus menginformasikan perkembangan (terkini) dalam proyek-proyek di Indonesia dan kegiatan kami di Belanda.


MAI 2024 – nomor 32

Inilah surat kabar yg ke-32 untuk Anda, penuh dengan informasi dan kabar baru tentang proyek2 SRI.

Hari Indonesia
Bulan nopember yg lalu kami mengadakan Indonesie dag (Hari Indonesia). Hari itu seperti sebuah kumpulan bersama para pendukung SRI yg baru dan yg sudah lama memberi sumbangan dalam bentuk apapun. Sebagai badan pengurus SRI kami dengan senang hati mengenang kembali hari itu. Itu pertama kali hari Indonesia diadakan tanpa Janny. Meskipun begitu, kami yakin Janny pasti juga ikut senang hari Indonesia tetap diadakan dan menjadi sukses.

Perjalanan ke Indonesia
Pertengahan februari Willemien berangkat ke Indonesia. Kali ini beliau pergi sendiri untuk mengunjungi semua proyek SRI disana. Walaupun Willemien berangkat sendiri, dan itu rasanya agak aneh, Janny selalu ada didalam setiap langkah perjalanan ini. Janny juga diperingatkan di setiap kunjungan.

JAVA

Seperti setiap tahun perjalanan di Jawa dimulai di Alamanda Villa, sebuah penginapan dekat Jogyakarta supaya Willemien dapat membiasakan diri dengan suasana dan cuaca Indonesia selama beberapa hari. Penginapan ini benar2 mengundang orang untuk beristirahat sambil menikmati semua suara dan wangi Indonesia. Sangat direkomendasikan! Bagi Willemien, menginap di Alamanda Villa merasa seperti pulang kampung.

Kontak SRI: Ratih

Pertama, Willemien bertemu dengan Ratih, kontak SRI, untuk membahas perhimpunan Wanita Lidia dan anak2 sekolah yg menerima bantuan dari SRI. Hari berikutnya mereka bersama dengan badan pengurus Lidia, pergi berkunjung ke beberapa usaha kecil yg dikelola oleh anggota2 Lidia. Ada seorang ibu yg dulunya sewa tempat untuk warungnya. Tapi karena pandemi warungnya dipindahkan kerumahnya, biar lebih murah (tidak perlu bayar uang sewa). Sekarang semua dimasakkan dirumah, dipesan online dan diantar naik sepeda motor oleh ibu ini sendiri. Waktu pandemi ibu ini dapat bantuan dari SRI. 
Kemudian Willemien dan rekan2nya bertemu dengan seorang ibu yg membeli barang2 borongan (dalam jumlah besar) seperti beras. Ibu ini lalu membagi barang ini dalam unit yg lebih kecil dan menjualnya lewat internet. Tidak hanya beras tapi juga sepatu, pakaian, alat2 dapur dll. Online bisnes benar2 booming di Indonesia!
Kunjungan terakhir di hari itu yaitu seorang ibu, yg dulunya menjadi guru TK. Sekarang dia mengajari murid2nya dirumah (les) berdasarkan metode Belajar Baca Ahe. Jaman sekarang anak2 sudah harus bisa membaca dan menulis, menghitung dan mengerti perkalian Jika ingin masuk ke sekolah dasar yg bagus! Menurut metode belajar ini anak2 dapat belajar semua itu dalam 3 bulan dengan les 3 kali seminggu (selama setengah jam) dan mengerjakan pe-er nya. 

Di sore hari itu 19 anak2 sekolah dari Solo datang kerumah Ratih. Anak2 ini mendapat bantuan dari SRI supaya dapat bersekolah. Willemien sempat mengobrol dengan semua anak secara pribadi. Benar2 menyenangkan untuk menanyakan cita2 mereka: nanti kalau sudah bisar ingin jadi apa? Tahun depannya ditanyakan lagi: Masih ingin menjadi dokter atau guru? Seringkali cita2 sudah berubah, tetap menjadi topik yg menarik untuk dibicarakan.
Willemien juga mengucapkan selamat atas lulusnya bachelor akutansi kepada Aprilita. SRI memberi dukungan selama masa kuliahnya. Setelah wisuda ini Aprilita akan memulai kerja. 
Seringkali anak2 malu untuk membicara dalam Bahasa Inggris dengan Willemien, terutama anak2 yg sudah agak besar. Menyenangkan jika ada yg memberanikan diri untuk mulai memakai Bahasa Inggris.

Hari berikutnya Willemien pergi ke Klaten, sebuah kota disebelah barat Solo. Ada 21 anak yg menerima sumbangan dari SRI yg datang ke rumah orang tua Ratih. Pertemuan ini sangat meriah dan Willemien dapat mengobrol dengan semua anak2 masing2. Kebanyakan orangtua dari anak2 kerja sebagai petani atau buruh, sedangkan anak2 di Solo lebih biasa dengan kehidupan di kota.

Sop khas Solo disajikan bagi semua peserta setelah rapat tahunan perhimpunan Wanita Lidia. Foto rame2 sudah resmi menjadi bagian dari acara ini.

Tgl 29 februari perhimpunan wanita Lidia mengadakan rapat anggota tahunan. Lebih dari 200 anggota datang dan ikutserta. Ratih mengenangkan kehidupan Janny dengan renungan singkat. Laporan tahunan bersama laporang keuangan juga dibacakan. Kepada para peserta diberi kesempatan untuk bertanya jika masih ada yg kurang jelas. Rencana2 untuk tahun yg akan datang juga dibahas. SRI akan memberi sumbangan untuk training2 yg akan diadakan. Willemien juga bercerita tentang penyakit dan meninggalnya Janny dalam bahasa Indonesia. Willemien menjelaskan alasannya kenapa dia datang sendiri dan juga menegaskan bahwa SRI tetap meneruskan semua bantuan dan dukungan yg selama ini diberikan. Willemien berakhir kata2nya dengan memberi coklat berbentuk telur2 kecil (permen khas masa Paskah di Belanda) kepada ketua Lidia. 
Setelah menutup rapat tahunan ini, sop khas Solo disajikan bagi semua peserta. Beberapa anggota Lidia juga pamerkan hasil usaha kecil mereka. Willemien berkeliling melihat semua produk2nya dan juga membelinya. Selama rapat ini dan juga waktu semua makan bersama banyak foto2 yg diambil. Dan dengan makan bersama ini kunjungan Willemien ke Ratih berakhir.

Kontak SRI: Yani

Hari Sabtu tgl 2 maret Willemien bersama dengan Yani, kontak kami di Solo, berangkat ke Musuk di lereng gunung Merapi, untuk bertemu dengan beberapa wanita yg berupa anggota perhimpunan wanita Kembang Wangi. Mereka pertama pergi ke Ibu Fifin. Ibu Fifin senang sekali dengan alat dapur yg dia dapat beli dengan bantuan SRI. Dengan alat dapur ini, Ibu Fifin dapat menangani pesanan kue2 lebih banyak. Dia juga mengajari para anggota lain bagaimana bisa membuat kue2 juga. Kue2 ini dipesankan secara online juga!

Dari situ mereka berjalan ke tempat Ibu Hartitik, dimana sebagian besar dari kambing2 milik Kembang Wangi dititipkan. SRI pernah membeli 2 ekor kambing, dan sekarang sudah menjadi lebih dari seratus ekor! Kambing2 ini dikelola di beberapa desa disekitar Musuk.

Kunjungan ke kandang kambing.

Alat dapur yg dibelikan oleh SRI

Perhimpunan Kembang Wangi sekarang terdiri dari 22 anggota yg berkumpul sebulan sekali. Mereka juga mendirikan sebuah kooperasi untuk membeli beras bersama (dalam jumlah besar). Para anggota Kembang Wangi mengumpulkan dana bersama dan membeli beras bersama supaya lebih murah karena sekarang ini beras semakin mahal.

Hari berikutnya Willemien dan Yani pergi ke Sangu Gesang di kecamatan Jumantono, di lereng gunung api Lawu. Pertama Yani dan Willemien pergi ke Ibu Linda. Ibu Linda tahun lalu mengajukan permohonan untuk bantuan dari SRI; dia ingin membuka laundry dan membutuhkan mesin cuci. Baru2 ini SRI membeli mesin cuci, juga ember2 dan peralatan lain yg dibutuhkan dan usaha laundry dimulai. Ibu Linda mengelola laundry ini bersama dengan dua perempuan lainnya. Mereka benar2 bersemangat!

De laundry van Bu Linda.

Setelah ini kami diundang ke rapat Sangu Gesang, dimana Yani dan Bpk Fadhil, kontak lokal kami disana, berpidato tentang kepentingan empowerment. Beberapa anggota mengajukan untuk menjahit, membuat pakaian untuk dijual dan ada juga yg mengajukan membuat kue. Yani akan terus berkontak dengan Bpk Fadhil untuk mengikuti perkembangan ini. Jika rencana2 ibu2 Sangu Gesang ini benar terwujud sebagai usaha kecil, barangkali SRI dapat mendukung usaha2 ini.
Para perempuan dari Sangu Gesang juga dapat sebuah kaos dengan logo Sangu Gesang, supaya merasa bersatu dalam perhimpunan ini. 

SRI membantu bayar biaya sekolah untuk 4 anak dari perhimpunan wanita ini.

Di Solo Willemien ikut Yani ke Universitas Sebelas Maret, dimana Yani berprofesi sebagai lecturer environmental science. Seringkali Yani mengajak mahasiswa kedoktoratnya untuk mengikutinya pergi ke Sangu Gesang sebagai penelitian lapangan. Dengan begitu mereka dapat menyatukan teori dan praktek.

BALI

Begitu tiba di Bali, Willemien langsung mampir ke ibu janda Yoyon. Ibu ini sekarang mengelola sendiri warungnya. Dua putra sekarang kerja di Denpasar dan satunya lagi kerja di Thailand. Bertahun2 SRI membantu keluarga ini dan mereka sangat senang jika ada tamu dari SRI mampir. 
Bpk Eddy, kontak kami untuk 5 anak di Denpasar yg menerima bantuan dari SRI, mampir 2 kali ke tempat penginapan Willemien untuk mengobrol dan membahas semua hal2 mengenai anak2. Setiap kali Bpk Eddy mampir itu waktu yg benar2 istimewa.
Vynski, cucunya Kiem, juga datang ke tempat penginapan Willemien. Vynski menikah bulan februari yg lalu. Dia masih tetap mengajarkan bahasa Korea dan juga menerima pesanan kue2 manis dan snack secara online. Vynski yg membuat semua kue dan snack yg dipesankan sedangkan saudara lelakinya yg mengantar pesanan naik sepeda motor. Selama Vynski bersekolah dia menerima bantuan dari SRI.

 

Hendrawadi didalam toko buah2an Ivan.

Willemien juga datang ke rumah Hendrawadi, yg dulunya menjual jus buah di pasar malam. Dicky, putra pertama Hendrawadi, menikah tahun lalu dan baru punya anak perempuan. Hendrawadi layaknya seorang kakek dengan bangganya memperkenalkan cucunya kepada Willemien. Willemien mengobrol berjam2 dengan Hendrawadi sambil duduk didepan rumahnya (hanya dua kamar saja) dan menikmati sate enak. Putra keduanya, Ivan, akhirnya tidak jadi berangkat ke Jepang. Hendrawadi merasa lega dengan keputusan ini. Ivan sekarang mengelola toko buah2an dan akan mulai berkuliah bulan agustus ini, mengambil jurusan food securities di Denpasar.
Anak bungsu, Heikal, akan mulai belajar di SMU. Orangtuanya mengirimkan Heikal ke sebuah asrama di Jawa Timur supaya Heikal dapat belajar dan hidup lebih teratur disana. SRI akan membantu dengan pendidikan Heikal selama dia sekolah disitu.
Willemien diantar pulang ke penginapannya di Keke (Sanur) oleh Hendrawadi dengan sepeda motornya. Kalau ke Bali Willemien selalu menginap di Keke

Setelah 2 hari di Sanur, Willemien pergi ke Lothundu, dekat Ubud. Waktu itu banyak sekali hari raya di Bali seperti Galungan (Perayaan di Bali dimana orang merayakan kemenangan kebaikan diatas kejahatan), Kuningan (hari terakhir pesta Galungan) dan hari Nyepi (tahun baru budaya Bali). Banyak sekali perarakan ke berbagai pura dan seringkali jalan ditutup karena perarakan tersebut. Karena hari raya Sjaki-Tari-Us juga tutup dan tidak dapat dikunjungi. Sjaki-Tari-Us adalah sebuah penitipan anak2 cacat dan tempat ini mendapat sumbangan dari SRI untuk membeli hal2 yg diperlukan untuk pelajaran. 

Willemien bertemu dengan dua perempuan yg memilih untuk kerja di Sjaki-Tari-Us sebagai kerja lapangan yg wajib dilakukan oleh mahasiswa. Kedua mahasiswa ini kebetulan juga menginap di Pondok Saraswati, tempat penginapan Willemien. Mereka bercerita kalau jumlah murid di Sjaki-Tari-Us mulai bertambah sejak pandemi selesai dan juga bahwa keadaan di Sjaki-Tari-Us tetap baik2 saja.

Willemien juga pergi berkunjung ke Yogi dan Dudyk di Sedang, tidak jauh dari Ubud. Sekolah mereka Seva Karuna, juga tutup karena hari raya. SRI membantu sekolah kecil ini, yg mengajari anak2 pre-school dan anak2 TK selain pelajaran biasa juga tentang alam dan lingkungan sekitarnya. Murid2 juga punya kebun sayur yg mereka sendiri mengerjakan. Seringkali murid2 kecil ini juga diajak pergi ke sawah. Para guru juga mengajarkan anak2 adanya bahan2 alami yg menjadi bahan dasar untuk membuat berbagai warna. Willemien, Yogi dan Dudyk juga membahas masa depan sekolah ini juga melihat lahannya yg akan menjadi tempat bangunan baru Seva Karuna. Tiga tahun lagi rencananya bangunan barunya selesai dan siap dihuni. Kontrakan sekarang dilahannya tetangga masih tinggal 3 tahun lagi. Untuk tahun ajaran berikutnya sudah banyak murid baru yg mendaftarkan diri, lebih banyak dibandingkan tahun lalu. Meja dan kursi yg warna-warni (disumbangkan oleh SRI) sudah tiba di sekolah ini dan kelihatan sangat cerah. 
Mereka juga berencana untuk menggunakan bangunan barunya sebagai tempat dimana para perempuan bisa berkumpul untuk saling belajar dan mengadakan training khusus untuk wanita. Ini juga menjadi salah satu subyeknya SRI.

Interior yg warna warni cerah di Seva Karuna.

Waktu hari Nyepi Willemien tinggal di pondok Saraswati. Di hari istimewa ini tidak diperbolehkan keluar (dari tempat hotel/ penginapan), tidak boleh ada yg memasak dan di malam hari lampu tidak dapat dinyalakan. Suasana harus menjadi sepi; alias tidak bersuara dan gelap, supaya para dewa dan dewi yg malam sebelumnya diusir sama ogoh2 tidak dapat Kembali. Lapangan terbang internasional Ngurah Rai pun tutup selama 24 jam!

Pada perjalanan pulang ke Sanur, Willemien mampir ke rumah Sita. Sita orang Belanda yg menikah dengan orang Bali dan sudah tinggal di Bali selama 30 tahun lebih. Janny dan Willemien sudah kenal lama dengan Sita. Sita ditanyakan apakah kira2 masih ada proyek baru di Bali yg pantas dan sesuai dengan misi dan visi SRI untuk dibantu. Sitalah yg mengajukan proyek Pondok Gerasa, sebuah safe house di Bali yg sekarang menampung 9 anak. Anak2 ini tidak lagi dapat tinggal dirumah mereka sendiri, karena mengalami kekerasan bahkan terlibat prostitusi. Di Pondok Gerasa mereka mendapat bimbingan mental dan juga program pelajaran sesuai umur mereka, sehingga mereka bisa kembali menjadi bagian dari masyarakat lagi. SRI telah mengambil keputusan untuk memberi sumbangan ke proyek ini, supaya dapat menampung lebih banyak anak yg membutuhkan bantuan. Pondok Gerasa selama ini menerima sumbangan secara tidak berkala. Dengan bantuan SRI kami berharap proyek ini dapat dijalankan lebih lancar lagi. Kontak dengan kepala Pondok Gerasa juga berlangsung dengan baik.

Willemien sangat senang dia akhirnya pergi sendiri. Kemana2 Willemien datang, Janny diperingatkan oleh semua orang. Willemien diterima dengan senang hati oleh semua orang yg dia kunjungi. Orang2 juga merasa lega waktu diberitahu SRI akan tetap membantu mereka atau proyek mereka. Badan pengurus SRI percaya sepenuhnya semua sumbangan sungguh dipergunakan dengan baik; kelihatan jelas sekali kemajuan para wanita dan gembiraan para anak2 yg dapat bersekolah dan selesaikan pendidikan mereka. Selama tahun ini seringkali ada kontak lewat whatsapp dan email, supaya badan pengurus tetap tahu tentang status semua proyek.

Tgl 18 agustus yg akan datang ini akan diadakan Kumpulan SRI, tapi di lokasi yg berbeda di Den Haag dan juga dalam setting yg berbeda. Kami akan mengabari Anda mengenai acara ini.

Willemien, Ingrid dan Helga mengucapkan selamat menikmati musim panas ini!


Ongkos kunjungan proyek2 di Indonesia
Sekali lagi dan mungkin sudah tidak perlu tetapi kami ingin menyampaikan bahwa perjalanan dan semua ongkos berkaitan dengan perjalanan Janny dan Willemien ini ditanggung oleh mereka sendiri. Bagi mereka itu sangat masuk akal dan tidak perlu ditanyakan lagi tetapi karena kadang2 ditanyakan mengenai biaya perjalanan ini, kami ingin menerangkan ini disini lagi.